DALAM PERCATURAN SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA:
“CATATAN DARI SEBUAH SEMINAR”
Pada 22 Juli 2023, MGMP Sejarah/AGSI Sumatera Barat
bekerjasama dengan Dept. Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan kegiatan seminar dan
workshop sejarah dengan mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Mengangkat
Sejarah Lokal Bersakla Nasional dalam IKM”. Kegiatan dikemas dalam bentuk dua
kegiatan, seminar dan workshop. Sesi
pertama seminar dengan menampilkan narasumber Khairul Jasmi, S.Pd. M.Pd.
Khairul Jasmi atau lebih dikenal dengan bung
KJ seorang novelis dan pemimpin redaksi harian Singgalang banyak menulis tentang
tokoh-tokoh perjuangan dan pergerakan Minangkabau dikemas dalam bentuk novel
memaparkan tulisanya “Kiprah Perempuan
Minang dalam Percaturan Sejarah Nasional”. Pembicaraan diawali dengan ucapan
“tidak banyak yang akan saya bicarakan tentang perempuan Minang”. Kata-kata tidak banyak ternyata berbeda jauh
dengan apa yang beliau paparkan. Pemaparan tentang perempuan Minang membuka mata
peserta "semwork" yang notabenenya adalah
guru-guru sejarah SMA/SMK/MA Sumatera Barat. Semua peserta mendengarkan dengan seksama seakan tidak ingin melewatkan
satu kata pun yang disampaikan
oleh bung KJ.
Pembicaraan diawali dengan menampilkan sosok
perempuan yang bernama Sjarifah Nawawi.
Sjarifah Nawawi anak dari Angku Nawawi
Sutan Makmoer merupakan perempuan Minang pertama yang mendapat pendidikan barat
di sekolah raja Bukittinggi. Selanjutnya
Siti Mangopoh perempuan pejuang yang terkenal dalam perang Mangopoh dalam
rangkaian perang paderi. Siti Mangopoh
terkenal sebagai satu-satunya perempuan Indonesia yang membunuh 53 orang
tentara Belanda dalam sebuah peristiwa perang.
Pembicaraan semakin hangat saat membahas
tentang Rohana Kudus. Rohana Kudus yang
merupakn pahlawan nasional dan namanya banyak diabadikan sebagai nama
jalan-jalan protokol di Indonesia ternyata kiprah beliau dalam perjuangan
sangat besar dan melampaui apa yang dilakukan oleh perempuan seumuran di masa
itu juga masa kini.
Sumber: PPT Khairul Jasmi
Rohana Kudus dipenjara di pulau jawa di
usianya 23 tahun dan sedang menyusui bayinya yang masih balita. Kondisi dan
penderitaan Rohana Kudus yang dipenjara sampai menggugah bung Karno untuk
membuat karikatur untuk Rohana Kudus.
Sumber: PPT Kahirul Jasmi
Perempuan Minang selanjutnya yang dibahas adalah
Rahmah El Yunisiyyah. Hasil karya perempuan Minang yang satu ini masih tetap
berlanjut dan dinikmati oleh dunia pendidikan Indonesia sampai sekarang. Rahmah
El Yunisiyyah adalah pendiri pendidikan Dinyyah Putri Padang Panjang. Sitem
pendidikan yang diterapkan Rahmah El Yunisiyyah di Dinyyah Putri ditiru oleh
Universitas Al Azhar Kairo untuk mendirikan lembaga pendidikan khusus untuk perempuan. Rahmah El Yunisiyyah
tokoh perempuan pendobrak belenggu adat pendiri lembaga pendidikan terbaik.
Sistem pendidikan yang disusun oleh Rahmah El
Yunisiyyah tidak tertirukan sampai sekarang. Rahmah El Yunisiyyah melarang
semua anak didiknya memakai baju tembus pandang. Rahmah merupakan duta pertama
pemakain jilbab atau lilik pertama di
Indonesia. Penerapan disiplin yang tinggi di lembaga pendidikan dengan sistem asrama yang banyak ditiru kemudian hari.
Sistem pendidikan yang cukup unik di pendidikan di Dinyyah
Putri adalah Rahmah El Yunisiyyah menerapkan muridnya untuk tidur siang. Menurut Rahmah
El Yunisiyyah tidur siang dalam sistem pendidikan sangat baik, membuat
murid-murid menjadi sehata dalam lebih produktif. Selesai shalat zuhur
berjamaah dan makan siang, murid-murid akan tidur siang. Malam sebelum tidur murid-murid
harus memastikan baju dan selendang telah tergantung dengan rapi.
Rahmah juga mendirikan dapur umum di
sekolahnya. Dapur umum ini berfungsi untuk merawat dan memberi makan para
pejuang dari kekejaman pendudukan Jepang. Semua pejuang yang terluka akan
dirawat di Diniyah Putri an diberi makan. Semua dana yang dibutuhkan untuk
kepentingan dapur umum menggunakan dana pribadi Rahmah El Yunisiyyah. Rahmah merupakan perempuan pertama yang
mengibarkan bendera merah putih di Minangkabau, bendera yang disulam dan
dijahit oleh murid-muridnya di Dinyyah Putri.
Peserta seminar semakin tidak beranjak dan
tidak memalingkan muka sedikitpun saat Khairul Jasmi memaparkan perempuan
pejuang lainnya dari Minangkabau. Rasima,
Tinur dan Gaffar Ismail. Sebuah nama
yang sedikit diketahui selama ini. Tinur Ismail perempuan yang alumnus Dinyyah
Putri Padang Panjang 1945. Tinur diusir
dari tanah kelahirannya Minangkabau dan dibuang ke Pekalongan saat perempuan muda itu berusia 21
tahun. Tinur merupakan perempuan
Indonesia yang menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia di radio Jogja dalam bahasa Arab. Siaran radio Jogja tentantang proklamasi kemerdekaan
dalam bahasa Arab yang diberitakan oleh Tinur membuka mata bangsa-bangsa Arab
terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pemberitaan ini pulalah yang mendorong negara-negara Arab menjadi Negara pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dari catatan seminar di atas memberikan
gambaran yang cukup terang bahwa sangat banyak perempuan-perempuan di Indonesia
yang bergelut dalam pergulatan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tentu hal ini akan membuka wawasan dan
pengetahuan kita bangsa Indonesia, terutama bagi kalangan pendidik, guru-guru mata
pelajaran sejarah. Sehingga guru-guru sejarah tidak lagi “membunuh
pahlawan-pahlawan perempuan berulang kali” dengan hanya mengupas dan bahkan memitoskan
salah satu tokoh dan pejuang perempuan saja.
Demikian tentang seminar yang diadakan
oleh MGMP sejarah/AGSI Propvinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Dept. Sejarah UNP.
Semoga ulasan ini bermanfaat.
Ulusan Oleh: Mursal Y. S.Pd Guru SMAN 1 Ampek Angkek
Moderator Pada seminar 22
juli 2023
Terima kasih pak.sangat berguna untuk menambah pengetahuan
BalasHapusSama-sama buk,, semoga bermanfaat
Hapus