PAKAIAN
DALAM PERSPEKTIF ZAMAN
Oleh: Mursal Y
Hijab atau jilbab dewasa ini merupakan asesoris pakaian perempuan muslimah di Indonesia. Hijab bagi kaum muslimah Indonesia bukan hanya sebagai penunjuk jati diri semata melainkan juga sebagai gambaran wujud ketaatan terhadap menjalankan perintah agama. Bahkan kita bisa menumukan beberapa perempuan yang sbelumnya dalam berpakaian tidak menggunakan hijab kemudian menggunakan hijab sering disebut bahwa seseorang itu sedang atau sudah melakukan hijrah. Hijrah yang dimaksud adalah mulai menjalankan perintah agama (Islam) sesuai dengan yang digariskan oleh agama.
Penggunaan
hijab ini bahkan untuk daerah-daerah tertuntu seakan menjadi seperti sebuah
kewajiban. Bahkan ada berkembang di masyarakat perasaan aneh atau janggap saat
melihat perempuan muslimah di daerah-daerah tertentu yang tidak berhijab. Hijab
seakan menjadi identitas muslimah.
Fenomena hijab ini menjadi berbagai bentuk perkembangan mode dan bentuk hijab.
Secara umum lahir dua kelompok hijab, hijab syari dan hijab modis.
Perkembangan
hijab dan persepsi tentang hijab seperti
yang diuraikan di atas terjadi di Indonesia sejak era reformasi. Pada zaman orde baru penggunaan
hijab tidaklah semasif seperti sekarang ini. Perempuan-perempuan muslim di
zaman orde baru biasa saja kita temukan tidak berhijab. Menggunakan pakain dan
seragam tanpa penutup kepala, rok sebawah lutut adalah hal yang biasa saja.
Hanya sekolah-sekolah agama seperti pesantren dan madrasah yang mewajibkan siswi
nya menggunakan hijab. Sekolah-sekolah umum kita akan menemukan seragam siswa
yang tidak menggunakan penutup kepala dan rok sebawah lutut. Meski juga kita
akan menemukan sejumlah siswa perempuan berhijab dalam jumlah yang tidak
banyak.
Kalau
kita tarik lebih ke belakang lagi ke zaman pergerakan nasional juga akan
ditemukan fenomena khas zamannya. Perempuan-perempuan muslim di era pergerakan
juga tidak ditunjukkan dengan menggunakan hijab. Kita bisa menemukan
tokoh-tokoh perempuan pergerakan nasional yang berasal dari kalangan Islam
tidak menggunakan hijab. Cut Nya Dien, dan Siti Rohana Kudus misalnya. Kedua
tokoh perempuan dan pejuang peerempuan di atas berasal dari kalangan Islam yang
taat tapi kedua tokoh tersebut tidak menggunakan penutup kepala.
Perlu
juga di catat, kampanye penggunaan penutup kepala sejenis hijab di era
pergerakan nasional itu dipelopori oleh pendiri Diniyyah Putri Padang Panjang, Rahmah El Yunisiyyah. Rahmah El Yunisiyyah mewajibkan
murid-muridnya memakai penutup kepala yang dinamakan dengan lilik,
Lilik adalah sejenis hijab cirri
khas Dinayyah Putri Padang Panjang
Rahmah El Yunisiyyah dengan lilik-nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar