HUMAN TRAFICKING ROMUSHA GAYA BARU

 

HUMAN TRAFICKING  ROMUSHA GAYA BARU



Oleh:  Mursal Y

Tinda Pidana Penjualan Orang atau TPPO dewasa ini sangat marak terjadi. Pada bulan Juli 2023 polisi berhasil menangkap sejumlah sindikat penjualan orang dan menyelamatkan ratusan korbanya. Modus yang digunakan oleh pelaku adalah menawarkan pekerjaan di luar negeri dengan iming-iming gaji yang tinggi. Namun setelah calon tenaga kerja berhasil mereka rekrut ternyata mereka ditipu. Mereka bukan ditempatkan bekerja sebagaiman yang dijanjikan. Para pekerja tersebut dipekerjakan di Negara dan tempat yang tidak sesuai yang dijanjikan. Mirisnya di tempat kerja tersebut mereka tidak diberi gaji, mendapat siksaan disekap dan bentuk penyiksaan lainnya yang sangat tidak manusiawi.

Para korban  human traficking atau TPPO ini tergiur untuk bekerja di luar negeri dengan iming-iming gaji besar tentu tidak terlepas dari kondisi ekonomi para korban. Alaasan lain mungkin juga  keinginan untuk mendapat penghasilan yang besar di luar negeri.  Sulitnya mencari pekerjaan dengan penghasilan yang mencukupi di dalam negeri tentu menjadi salah satu alasan sekaligus penyebab para korban tergiur untuk menerima tawaran pekerjaan oleh para sindikat TPPO. Bahkan juga ditemukan para korban rela untuk membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Kondisi e dekonomi dan social masyarakat seperti diuraikan di atas menjadi lading empuk bagi para sindikat TPPO untuk menjaring para korbanya.

Kalau kita buka lembaran sejarah bangsa Indonesia sesungguhnya tindakan TPPO yang terjadi dewasa ini juga pernah terjadi di era penajajahan Jepang dalam kontek dan situasi yang berbeda.  Jepang menghadapi perang Asia Timur Raya atau perang dunia kedua membutuhkan  dana yang cukup banyak untuk menghidupkan mesin-mesin perangnya. Jepang membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sangat banyak untuk mendukungnya dalam menghadapi perang. Jepang juga membutuhkan tenaga kerja yang banyak guna membangun infrastruktur guna memudahkan membawa hasil eksploitasi di daerah jajahanya serta mesin-mesin perangnya.

Pembangunan infrastruktur perang Jepang dengan menerapkan kerja pakasa kepada rakyat tanah jajahan yang dikenal dengan nama romusha.  Cara yang ditempuh Jepang dalam merekrut tenaga romusha hampir sama dengan cara-cara yang dilakukan oleh sindikat TPPO dewasa ini. Jepang menawarkan kepada rakyat tanah jajahan untuk bekerja di perusahan-perusahaan Jepang di luar daerahnya dan akan diberi gaji yang tinggi. Tawaran pekerjaan dan rayuan gaji yang tinggi ini membuat rakyat tanah jajahan termasuk rakyat Indonesia mendaftar untuk menjadi romusha.

Rakyat tanah jajahan dengan sukarela mendaftarkan diri untuk menjadi romusha karena sulitnya ekonomi dan susah kehidupan di zaman penjajahan Jepang waktu itu. Ternyata setelah mereka mendaftar sebagai romusha, para romusha dibawa dari daerahnya ke tempat-tempat kerja pakasa yang jauh dari daerah asal mereka. Para romusha dipaksa bekerja untuk membangun rel kereta api, menggali lobang-lobang pertahanan dan pekerjaan paksa lainnya. Romusha bekerja di camp-camp kerja paksa di tengah hutan dengan tidak diberi makan dengan cukup dan tetap dipaksa bekerja meski dalam keadaan sakit. Sangat banyak para romusha yang meninggal dunia di camp kerja paksa baik karena penyakit menular, malaria maupun karena kecelakaan kerja. Sangat sedikit dari romusha  yang selamat dan pulang ke daerah mereka masing-masing setelah kekalahan Jepang pada peraang dunia II.

                                             romusha kerja paksa membanguin rel-rel kereta api

                                            Kondisi pekerja paksa romusha

Calon romusha yang menggalami nasib baik karena tidak jadi diberangkatkan terjadi di Minagkabau (Sumatera Barat). Para pemuda di Sumatera Barat direkrut oleh Jepang untuk di jadikan romusha dan dijanjikan untuk bekerja di perusahaan Jepang di Logas Vietnam. Sangat banyak pemuda yang mendaftar menjadi romusha. Bagi masyarakat Minang waktu itu mereka mendaftar untuk pergi ke Loge. Loge  adalah sebutan orang Minang untuk Logas. Para calon romusha dari Minang  tidak jadi diberangkatkan ke Logas karena Jepang terlanjur kalah dalam Perang dunia II.

Calon romusha yang gagal diberangkatkan ini disuruh pulang ke daerah mereka masing-masing. Banyak dari pemuda calon romusha  ini yang tidak pulang ke kampong halamannya karena malu. Mereka malu pulang ke kampungnya takut ditertawakan oleh orang kampungnya karena sudah tertip[u oleh Jepang. Mereka malu karena waktu akan berangkat mereka dengan bangganya menyampaikan kalau mereka mau ke Loge/Logas. Para calaon romusha ini banyak hidup menggelandang di Bukittinggi. Maka sejak itu di masyarakat Minangkabau ada pameo jan maloge juo. Jan maloge  maksudnya jangan membual. Pameo ini cukup lama menjadi penghias perbincangan masyarakat bahkan sampai tahun 1980-an masih ada.

 

Terimakasih

 

  

 

 

HIJAB DAN PERSPEKTIF

 

PAKAIAN DALAM PERSPEKTIF ZAMAN

Oleh: Mursal Y

 


Hijab atau jilbab dewasa ini merupakan asesoris pakaian perempuan muslimah di Indonesia. Hijab bagi kaum muslimah Indonesia bukan hanya sebagai penunjuk jati diri semata melainkan juga sebagai gambaran wujud ketaatan terhadap menjalankan perintah agama. Bahkan kita bisa menumukan beberapa perempuan yang sbelumnya dalam berpakaian tidak menggunakan hijab kemudian menggunakan hijab sering disebut bahwa seseorang itu sedang atau sudah melakukan hijrah. Hijrah yang dimaksud adalah mulai menjalankan perintah agama (Islam) sesuai dengan yang digariskan oleh agama.

Penggunaan hijab ini bahkan untuk daerah-daerah tertuntu seakan menjadi seperti sebuah kewajiban. Bahkan ada berkembang di masyarakat perasaan aneh atau janggap saat melihat perempuan muslimah di daerah-daerah tertentu yang tidak berhijab. Hijab  seakan menjadi identitas muslimah. Fenomena hijab ini menjadi berbagai bentuk perkembangan mode dan bentuk hijab. Secara umum lahir dua kelompok hijab, hijab syari dan hijab modis.

Perkembangan hijab dan persepsi tentang hijab  seperti yang diuraikan di atas terjadi di Indonesia sejak  era reformasi. Pada zaman orde baru penggunaan hijab tidaklah semasif seperti sekarang ini. Perempuan-perempuan muslim di zaman orde baru biasa saja kita temukan tidak berhijab. Menggunakan pakain dan seragam tanpa penutup kepala, rok sebawah lutut adalah hal yang biasa saja. Hanya sekolah-sekolah agama seperti pesantren dan madrasah yang mewajibkan siswi nya menggunakan hijab. Sekolah-sekolah umum kita akan menemukan seragam siswa yang tidak menggunakan penutup kepala dan rok sebawah lutut. Meski juga kita akan menemukan sejumlah siswa perempuan berhijab dalam jumlah yang tidak banyak.



Kalau kita tarik lebih ke belakang lagi ke zaman pergerakan nasional juga akan ditemukan fenomena khas zamannya. Perempuan-perempuan muslim di era pergerakan juga tidak ditunjukkan dengan menggunakan hijab. Kita bisa menemukan tokoh-tokoh perempuan pergerakan nasional yang berasal dari kalangan Islam tidak menggunakan hijab. Cut Nya Dien, dan Siti Rohana Kudus misalnya. Kedua tokoh perempuan dan pejuang peerempuan di atas berasal dari kalangan Islam yang taat tapi kedua tokoh tersebut tidak menggunakan penutup kepala.



Perlu juga di catat, kampanye penggunaan penutup kepala sejenis hijab di era pergerakan nasional itu dipelopori oleh pendiri Diniyyah Putri Padang Panjang,  Rahmah El Yunisiyyah.  Rahmah El Yunisiyyah mewajibkan murid-muridnya memakai penutup kepala yang dinamakan dengan lilik,  Lilik adalah sejenis hijab  cirri khas Dinayyah Putri Padang Panjang


                                                     Rahmah El Yunisiyyah  dengan lilik-nya


 

PRRI: DARI REUNI MENJADI REVOLUSI

 

PRRI: DARI REUNI MENJADI REVOLUSI

Oleh: Mursal Y


Dewasa ini kita sering mendengar atau mungkin mengikuti kegiatan reuni. Kegiatan untuk bertemu-temu kembali dengan teman-teman lama dan sudah cukup lama terpisahkan oleh berbagai faktor. Apakah itu teman-teman lama sesama sekolah dulu atau teman-teman sesama tempat kerja dan tugas pada waktu lalu.  Begitu juga dengan peristiwa besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sebuah peristiwa besar di awal kemerdekaan Indonesia yang kemudian dikenal dengan PRRI terjadi diawali oleh sebuah kegiatan reuni.

PRRI, peristiwa pergolakan daerah yang terjadi pada tahun 1958 – 1961 diawali oleh kegiatan reuni oleh bekas anggota Devisi Banteng  pada tanggal 22 Februari 1956 di Studio Persari Jakarta. Devisi Banteng adalah satuan dari tentara yang beerjuang pada perang kemerdekaan Indonesia di Sumatera Tengah, (Sekarang Sumatera Tengah telah dimekarkan menjadi Propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepri). Devisi Banteng dibubarkan pada tahun 1948 sebagai dampak dari program RERA (Rekontruksi dan Rasionalisasi) pemerintah waktu itu. Pemerintah di masa Kabinet Hatta berusaha mengurangi beban ekonomi Negara terutama dalam menggaji pegawai dan tentara. Upaya penanggulangan beban Negara ini Hatta menjalankan program RERA merasionalisasi dan merekonstruksi jumlah dan struktur tentara.  Tentara yang sebagian besar berasal dari kalangan laskar-laskar perjuangan dan dianggap tidak profesional dikembalikan ke pekerjaan sipil sebelumnya. RERA menjadikan militer Indonesia di isi oleh tentara professional dan jumlah satuan dikurangi dengan membubarkan beberapa devisi. Salah satu devisi yang dibubarkan adalah Devisi Banteng.  Anggota Devisi Banteng yang lulus seleksi dilebur atau digabungkan ke devisi lain yaitu Devisi Sliwangi.

22 Februari 1956 sejumlah bekas anggota Devisi Banteng mengadakan reuni atau pertemuan di Studio Persari Jakarta. Reuni bertujuan untuk membicarakan nasib sebagian bekas anggota Devisi Banteng yang hidupnya terlantar. Pembicaraan yang semula membicara nasib teman-teman mereka yang terlantar akhirnya meluas ke isu-isu nasional yang berkembang saat itu. Peserta reuni membicarakan dan membahas perkembangan ekonomi dan pembangunan yang hanya tertuju untuk pulau Jawa sementara daerah tidak tersentuh pembangunan termasuk Sumatera Tengah.  Peserta reuni berkesimpulan bahwa untuk membangun daerah Sumatera Tengah tidak mungkin menggantungkan harapan kepada pemerintah pusat. Pembangunan Sumatera Tengah akan dilakukan sendiri dengan cara menggali potensi dan kekayaan yang dimiliki serta menuntut otonomi yang seluas-luasnya kepada pemerintah pusat. Pembangunan daerah akan dilakukan di bawah koordinasi sebuah dewan yang kemudian diberi nama dengan Dewan Banteng yang diketuai oleh Letkol Ahmad Husein.

                                                               Letkol.Ahmad Husein

Dewan Banteng menuntut kepada pemerintah pusat untuk menempatkan putra-putra daerah terbaik menempati jabatan-jabatan penting di Sumatera Tengah. Tuntutan ini didasarkan pada alasan bahwa putra daerah lebih mengetahui kebutuhan daerahnya. Tuntutan ini disampaikan oleh Dewan Banteng karena pada waktu itu jabatan-jabatan penting di daerah diisi oleh orang-orang pemerintah pusat. Pengisian jabatan-jabatan penting di daerah oleh pemerintah pusat menurut Feit telah menimbulkan kegusaran di daerah-daerah.

Guna memperjuangkan tuntutanya Devisi Banteng mengutus delegasi Sumatera Tengah untuk menemui pemerintah pusat. Delegasi Dewan Banteng beranggotakan A Hali, Dahlan Ibrahim, Sidi Bakruddin, Kol. Dahlan Djambek, berhasil menemui Perdana Mentri Ali Sastro Amidjojo 22 November 1956, 24 November 1956 berhasil menemui Muhammad Hatta dan AK Pringgodigdo. Delegasi tidak berhasil menemui Presiden Soekarno, karena presiden menyerahkan permasalahan kepada Perdana Mentri. Pada awalnya tuntutan otonomi daerah mendapat respon baik dari pemerintah pusat, namun kemudian tuntutan tersebut tidak bisa dipenuhi karena terjadinya peristiwa Cikini dan pengambil alihan pemerintah di Sumatera Tengah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo oleh Dewan Banteng. Pengambil alihan pemerintah oleh Dewan Banteng dianggap oleh pemerintah pusat sebagai bentuk tindakan inskonstitusional.

Pengambil alihan pemerintahan yang dilakukan oleh Dewan Banteng berakibat terjadinya ketegangan hubungan  Sumatera Tengah dengan pemerintah pusat.  Pemerintah mengirim utusan untuk menemui Dewan Banteng di Sumatera Tengah.  Delegasi pemerintah pusat yang dipimpin oleh Menteri Pertanian Eny Karim gagal menemui pimpinan Dewan Banteng. Kedatangan romobongan Eny Karim di Bandar udara Tabing Padang disambut dengan lemparan batu oleh masyarakat.

Sebelum mengirim Menteri Pertanian Eny Karim pemerintah juga telah mengirim utusan ke Sumatera Tengah di bawah pimpinan Zainal Burhanuddin.  Delegasi yang dipimpin oleh Zainal Burhanuddin memberikan laporan kepada pemerintah pusat bahwa kegiatan Dewan Banteng tidak  membahayakan stabilitas nasional karena kegiatan Dewan Banteng lebih banyak  tertuju untuk pembangunan daerah dari masalah politik.

Ketegangan hubungan pemerintah pusat dengan daerah Sumatera Tengah semakin menghangat setelah sejumlah pemimpin nasional yang menyuarakan kepentingan daerah kepada pemerintah puast bergabung dengan Dewan Banteng. Pemimpin-pemimpin nasional yang menyuarakan kepentingan daerah antara lain M. Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap. Para tokoh nasional tersebut bertolak ke Padang dan bergabung dengan gerakan yang dilakukan oleh Dewan Banteng. Keberangkatan tokoh-tokoh nasional ke Padang juga didorong karena tekanan yang mereka terima dari pemuda-pemuda radikal atas sikap mereka yang tidak setuju dengan tindakan pemerintah mengambil alih sejumlah perusahaan asing.

 Bergabungnya sejumlah tokoh nasional yang notabenenya tokoh-tokoh politik Islam dengan Dewan Banteng membuat gerakan Dewan Banteng menjadi lebih revolusioner.  Pada tanggal 10 Februari 1958 dalam sebuah rapat raksasa di Padang, ketua Dewan Banteng, Ahmad Husein menyampaikan ultimatum kepada pemerintah pusat. Ultimatum yang disampaikan Dewan Banteng adalah:

1.    Dalam waktu 5 X 24 Jam Kabinet Djuanda harus menyerahkan jabatanya kepada prisiden atau pejabat presiden, presiden atau pejabat presiden mencabut mandat kabinet Djuanda

2.    Presiden atau pejabat presiden memberi tugas kepada Muhammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubowono IX untuk membentuk zaken cabinet terdiri dari tokoh-tokoh yang jujur, berwibawa, cakap, cerdas dan bebas dari anasir antituhan

3.    Meminta kepada Drs. Muhammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubowono IX untuk menyediakan diri menolong Negara dan bangsa

4.    Meminta kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan lainnya untuk mengizinkan Muh. Hatta dan Sri Sultan Hamengkubowono IX menyelamatkan bangsa dan Negara

5.    Meminta kepada presiden untuk kembali kepada kedudukanya sebagai presiden konstitusi dengan membuktikanya dengan kata-kata dan perbuatan dan memberi kesempatan sepenuhnya kepada Muh. Hatta dan Sri Sultan Hamengkubowono IX untuk melakukan kewajibanya sampai pemilihan umum mendatang

Ultimatum Dewan Banteng dibahas  pada siding cabinet 11 Februari 1958. Sidang yang dipimpin oleh Perdana Menteri Djuanda menolak semua tuntutan Dewan Banteng. Sebagai tindak lanjut dari sidang kabinet Markas Besar Angkatan Darat memberhentikan dengan tidak hormat Dahlan Djambek, Lubis dan Simbolon dari militer. Pemberhentian dengan tidak hormat ini juga diikuti keluarnya surat perintah penangkapan kepada mereka dari Panglima TNI, Jenderal AH Nasution 12 Februari 1958.  Tanggapan pemerintah pusat terhadap ultimatum Dewan Banteng dijawab oleh Dewan Banteng dengan mengumumkan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) 15 Februari 1958 di Bukittinggi. Dewan Banteng juga mengumumkan Sjafruddin Prawuranegara sebagai Perdana Menteri PRRI.

Pengumuman berdirinya PRRI mendapat sambutan dan dukungan dari rakyat Sumatera Tengah. Dukungan yang diberikan oleh masyarakat ini tidak terlepas dari kekecewaan mereka terhadap pemerintah pusat yang mengabaikan pembangunan dan ekonomi daerah selama ini.  Pengumuman beridirnya PRRI ditanggapi oleh pemerintah pusat dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan tokoh-tokoh yang terlibat PRRI pada tanggal 16 Februari 1958.  Keluarnya surat perintah penangkapan tokoh-tokoh PRRI 16 Februari 1958 menandai bangsa Indonesia mulai berada dalam kancah perang saudara. Perang antara pemerintah pusat dengan daerah Sumatera Tengah. Pemerintah pusat mengirim pasukan militer ke Sumatera Tengah untuk menumpas PRRI.

Perang saudara dalam usaha memadamkan PRRI memakan waktu yang cukup lama dan korban baik jiwa, moril, sosial dan materil yang cukup banyak. Pemberontakan PRRI diakhiri dengan keluarnya amnesti umum oleh pemerintah pusat bagi mereka yang terlibat. Para tokoh yang terlibat dengan PRRI diminta untuk kembali kepada ibupertiwi dan mereka diberi amnesti dan tidak dilakukan tindakan.

 

Demkian tulisan pendek ini,

Tulisan berikutnya saya akan coba membahas tentang kondisi sosial masyarakat Sumatera Tengah, khususnya Minangkabau di masa perang saudara, PRRI

 

 

 

 

 

AVRO ANSON: PESWAT ANGKUT MILITER RI PERTAMA DIAWAKI HALIM PERDANA KUSUMA DAN ISWAHYUDI

 

PESAWAT AVRO ANSON:
PESAWAT  ANGKUT MULTIFUNGSI MILITER PERTAMA
REPUBLIK INDONESIA:
POWER OF AMAI - AMAI


Oleh: Mursal Y

                          Sumber foto: Avro Anson RI 003  Wikipedia-Bahasa Indonesia

 

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 membutuhkan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia. Dukungan dari rakyat akan diperoleh kalau kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dalam menghadapi Belanda diketahui dan dipahami oleh rakyat. Kebijakan yang akan diambil pemerintah antara lain mendapat dukungan keuangan dari rakyat. Dukungan keuangan dari dari rakyat sangat dibutuhkan untuk modal perjuangan dan pembelian senjata dalam rangka menghadapi kemungkinan Belanda melancarkan agresinya.

Kondisi yang dihadapi negara dalam menghadapi berbagai tindakan aggresor Belanda merupakan hal melatarbelakangi perjalanan Muhammad hatta ke sumatera pada tahun 1947. Misi Muhammad Hatta, wakil presiden,  ke Sumatera adalah untuk bertemu dengan tokoh-tokoh perjuangan dan rakyat menjelaskan kondisi Negara dan kebijakan yang akan diambil dalam menghadapi Belanda. Muhammad hatta mempersiapkan sumatera sebagai basis perlawana rakyat dalam menghadapi Belanda apabila Jawa terus ditekan dan jatuh ke tangan pasukan Belanda.

Misi Hatta di Sumatera dimulai dari Aceh, terus ke Sibolga kemudian ke kampung halamannya di Bukittinggi. Perjalanan Muhammad Hatta di Sumatera mendapat sambutan hangat dan dukungan dari para tokoh-tokoh pejuang dan rakyat di setiap daerah yang dikunjunginya. Saat Muhammad Hatta sampai di Bukittinggi, Hatta memilih untuk beristirahat dan mengkonsilidasi dukungan para pejuang, ulama dan rakyat di kampung halamanya sendiri. Muhammad Hatta menjalankan misi pemerintahannya di Bukittinggi dengan berkantor di Istana  Tri Arga dekat Jam Gadang Bukittinggi, sekarang gedung tersebut diganti namanya dengan Istana Bung Hatta.

Langkah pertama Muhammad Hatta di Bukittinggi adalah membentuk panitia pengumpul emas pada tanggal 27 September 1947. Panitia pengumpul emas ini diketuai oleh  Mr. A Karim, direktur Bank Negara. Panitia pengumpul emas ini bertujuan untuk mengumpulkan sumbangan emas dari rakyat Bukittinggi dan Minangkabau guna membeli sebuah pesawat tempur.

Setelah membentuk panitia pengumpul emas, Hatta berkeliling nagari menemui para ulama dan tokoh-tokoh pejuang. Hatta menyampaikan misi dan tujuannya ke Bukittinggi, yaitu menghimpun dukungan dan dana untuk perjuangan mempertahankan kemrdekaan Indonesia. Dana yang dikumpulkan dalam bentuk emas akan dibelikan pesawat tempur dan persenjataan.

Sebuah pertanyaan mungkin timbul dibenak kita, mengapa Hatta memiliki ide mengumpulkan dana rakyat dalam emas bukan uang atau yang lainnya ?

Beberapa alas an dapat dikemukan:

Pertama sebagaimana diketahui bahwa permaslahan ekonomi Indonesia di awal kemerdekaan sangatlah sulit.  Terjadinya hiper inflasi akibat banyaknya mata uang yang beredar. Mata uang gulden Belanda diberlakukan kembali oleh NICA, mata yang Jepang tetap dapat menjadi alat tukar yang sah sementara pemerintah juga mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia ) sebagai alat tukar. Sebagai seorang ekonom Hatta tentu memahami bahwa nilai mata uang saat itu sangat rendah.Nilai mata uang yang sangta rendah menjadi semakin tidak bernilai untuk gunakan untuk membeli pesawat tempur dan senjata dengan menggunakan kurs asing.

Sebagai orang Minang Hatta paham betul bentuk kearifan local masyarakat Minang dalam menyimpan kekayaan. Orang Minang suka menyimpan kekayaan dalam bentuk emas, baik dalam bentuk perhiasan maupun emas yang di simpan. Di Minangkabau emas yang disimpan ada dalam bentuk Rupiah emas, Uang suku, Ringgit emas, Masyarakat Minang dalam sistem ekonomi termasuk masyarakat yang merkantilis. Patokan benda-beda berharga dan kekayaan dinilai dari emas.

Sebagai putra Minangkabau Hatta tau betul kalau di masyarakat Minangkabau kekayaan itu tersimpan pada kaum perempuan atau dalam konsep Minang pada kaum bundu kanduang. Kaum perempuan yang disebut dengan bundo kanduang di Minang diungkapkan dalam falsafah Minang yang berbunyi Bundu Kanduang kunci biliak puro nan dalam.  Maksudnya perempuan itu merupakan orang yang bertugas dan berfungsi menyimpan dan menjaga kekayaan keluarga.

Puncaknya adalah saat Hatta berpidato dalam sebuah rapat akbar di lapangan kantin Bukittinggi. Lapangan kantin bagi masyarakat Bukittinggi khususnya, masyarakat Sumatera Barat umumnya sampai sekarang sangat familiar, yaitu lapangan wirbraja milik TNI.  Rapat akbar yang dihadiri ribuan masyarakat Hatta menyemangati dan menyampaikan kepada rakyat bahwa saat itu Negara sedang membutuhkan bantuan dan dukungan dari rakyatnya untuk melawan Belanda. Pada rapat akbar tersebut dilakukan penggalangan dana. Kaum ibu atau dalam masyarakat Minang disebut dengan amai-amai, yang tergugah dan tergerak oleh pidato Hatta dengan ikhlas melepas perhiasan emas yang melekat di tubuh mereka untuk diberikan sumbangan kepada Negara. Perhiasan emas burupa cincin, kalung dan subang dilepas dan dimasukan ke wadah yang diedarkan dalam pertemuan.

Sumbangan emas dari amai-amai waktu itu terkumpul 1 kaleng biskuit atau diperkirakan beratnya lebih dari 14 kg emas. Emas yang terkumpul ini kemudian diserahkan oleh A Karim kepada Hatta. Emas ini digunakan untuk membeli sebuah pesat angkut militer multifungsi Avro Anson yang dikemudian diberi nomor register  Avro Anson RI-003. Pesawat Avro Anson dibeli di Thailand dari warga Negara Australia bernama Paul Keegan, mantan penerbang RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris). Pesawat ini didatangkan langsung oleh Keegan  ke lapangan udara Gadut Bukittinggi.

Pesawat Avro Anson ini kemudian diawaki oleh pilot Halim Perdana Kusuma dan ko-pilot Iswahyudi.  Halim Perdana Kusumo dan Iswahyudi menerbangkan pesawat Avro Anson menembus blockade Belanda untuk mendapatkan dukungan dari Singapura dan Siam (Thailand)  serta membeli persenjataan untuk menghadapi agresi militer Belaanda.  Peswat Avro Anson dalam menjalankan misinya ditembak jatuh oleh Belanda di Tanjung Hantu Malaysia. Pada peristiwa ini kedua awak pesawat, Halim Perdana Kusuma dan Iswahyudi gugur dan terkubur dengan pesawat Avro Anson di dasar laut tanjung Hantu.  Halim Perdana Kusuma dan Iswahyudi bagi bangsa Indonesia kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan nama kedua syuhada tersaebut diabadikan menjadi nama pangkalan udara TNI, Pangkalan udara Halim Perdana Kusumo di Jakarta dan Pangkalan udara Iswahyudi di Jawa Timur

 

 


RESPON DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

 

RESPON DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

 

Kemerdekaan bangsa Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta membutuhkan perjuangan fisik dan diplomasi. Perjuangan diplomasi tidak hanya dilakukan dengan Belanda melainkan juga dilakukan dengan dunia internasional dan PBB. Perjuangan didiplomasi ini bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional terhadap kemerdekaan Indonesia.  Pengakuan kedaulatan oleh Negara lain merupakan hal yang sangat penting bagi kedaulatan bangsa Indonesia dan eksistensi Negara Republik Indonesia di kancah internasional. Negara yang tidak mendapat pengakuan Negara lain dan dunia internasional  akan menjadi terasing dalam pergaulan internasional.

Pengakuan Negara-negara lain dan dunia internasional tidak terlepas dari peran dan usaha para diplomat Indonesia di awal kemerdekaan. Haji Agus Salim merupakan tokoh utama dalam keberhasilan Indonesia dalam perjuangan diplomasi di kancah internasional. Haji Agus Salim yang menguasai sejumlah bahasa di dunia berjuang dan berdiplomasi di forum PBB dan Negara-negara besar di dunia. Haji Agus Salim juga berdiplomasi di Negara-negara Liga Arab. Kemampuannya yang fasih berbahas Arab mendatangkan simpati yang sangat luar biasa dari Negara-negara arab yang berbuah pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.



Pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Negara-negara Arab tentu juga tidak terlepas dari berita proklamasi kemerdekaan Indonesia yang disiarkan oleh Radio Jogja yang diterima di jazirah Arab. Radio Jogja menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam bahasa arab oleh seorang penyiar perempuan bernama Tinur (Siti Nur Muhammad Nur). Seorang perempuan Minang yang diasingkan oleh Belanda dari tanah kelahirannya Minangkabau kePekalongan tanah Jawa.

Perjuangan para diplomat ulung bangsa Indonesia ini membuahkan hasil pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia oleh sejumlah Negara di dunia.  Sejumlah negara mengakui kemerdekaan Indonesia. Mesir, India, Australia, Palestina, suriah, Lebanon, Arab Saudi, Yaman mengakui kemerdekaan Indonesia.   Dukungan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia semakin terlihat dengan kedatangan konsul Jendral Mesir, Muhammad Abdul Muin ke Yogyakarta 13 sampai dengan 16 Maret 1947.  Tujuan kedatangan Konsul Jendral Mesir ini ke Yogyakarta adalah untuk menyampaikan pesan Liga Arab Yang mendukung kemerdekaan Indonesia.

Mesir tercatat sebagai Negara yang aktif dalam meyakinkan Negara-negara Arab lainnya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.  Mesir berhasil meyakinkan Qatar, Suriah, Irak dan Arab Saudi untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Mesir adalah Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Sementara itu dukungan dan pengakuan kemerdekaan Indonesia dari India berkat diplomasi beras yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1946 India mengalami bencana kelaparan. Pemerintah Indonesia mengirim bantuan 5.000 ton beras ke India.  Diplomasi beras ini membuat menjadi Negara yang keras memperjuangkan pengakuan kemerdekaan Indonesia di PBB.  Berita-berita perjuangan bangsa Inddonesia yang disiarkan oleh radio PDRI diteruskan oleh radio india ke dunia internasional. Pemberitaan tentang perjuangan bangsa Indonesia dengan PDRI dan perjuangan yang disuarakan oleh India di PBB merupakan salah satu yang mendorong terjadinya perjanjian Indonesia-Belanda tentang pengakuan kedaulatan dan mengakhiri agresi militer Belanda di Indonesia. Pengakuan kedaulatan tersebut kemudian terkenal dengan Komprensi Meja Bundara tau KMB.

Sebagai Negara yang bertetangga langsung dengan Indonesia, Australia juga berperan aktif terhadap pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Bahkan Australia menjadi Negara yang dipilih Indonesia dalam Komisi Tiga Negara atau yang dikenal denga KTN.

 

 


PEREMPUAN MINANG DALAM PERCATURAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

 

 

 




 PEREMPUAN MINANG

DALAM PERCATURAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA:

“CATATAN DARI SEBUAH SEMINAR”

 

Pada 22 Juli 2023, MGMP Sejarah/AGSI Sumatera Barat bekerjasama dengan Dept. Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan kegiatan seminar dan workshop sejarah dengan mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Mengangkat Sejarah Lokal Bersakla Nasional dalam IKM”. Kegiatan dikemas dalam bentuk dua kegiatan, seminar dan workshop.  Sesi pertama seminar dengan menampilkan narasumber Khairul Jasmi, S.Pd. M.Pd.

Khairul Jasmi atau lebih dikenal dengan bung KJ seorang novelis dan pemimpin redaksi harian Singgalang banyak menulis tentang tokoh-tokoh perjuangan dan pergerakan Minangkabau dikemas dalam bentuk novel memaparkan  tulisanya “Kiprah Perempuan Minang dalam Percaturan Sejarah Nasional”. Pembicaraan diawali dengan ucapan “tidak banyak yang akan saya bicarakan tentang perempuan Minang”.  Kata-kata tidak banyak ternyata berbeda jauh dengan apa yang beliau paparkan. Pemaparan tentang perempuan Minang membuka mata peserta "semwork"  yang notabenenya adalah guru-guru sejarah SMA/SMK/MA Sumatera Barat. Semua peserta mendengarkan dengan seksama seakan tidak ingin melewatkan  satu kata pun  yang disampaikan oleh bung KJ.

Pembicaraan diawali dengan menampilkan sosok perempuan yang bernama  Sjarifah Nawawi. Sjarifah Nawawi anak dari Angku  Nawawi Sutan Makmoer merupakan perempuan Minang pertama yang mendapat pendidikan barat di sekolah raja Bukittinggi.  Selanjutnya Siti Mangopoh perempuan pejuang yang terkenal dalam perang Mangopoh dalam rangkaian perang paderi.  Siti Mangopoh terkenal sebagai satu-satunya perempuan Indonesia yang membunuh 53 orang tentara Belanda dalam sebuah peristiwa perang.

Pembicaraan semakin hangat saat membahas tentang  Rohana Kudus. Rohana Kudus yang merupakn pahlawan nasional dan namanya banyak diabadikan sebagai nama jalan-jalan protokol di Indonesia ternyata kiprah beliau dalam perjuangan sangat besar dan melampaui apa yang dilakukan oleh perempuan seumuran di masa itu juga masa kini.


                                                   Sumber: PPT Khairul Jasmi

 Wartawati perempuan pertama di Indonesia dengan majalahnya yang terkenal dengan Soenting Melaju. Rohana Kudus bukan hanya wartawati tapi juga pimpinan redaksi dari majalah tersebut. Rohana mendesak untuk adanya Koran khusus perempuan

 Rohana Kudus merupakan perempuan pejuang yang sangat pintar berpidato sehingga dijuluki dengan” singa podium”.  Menurut Khairul Jasmi tiga orang tokoh pejuang kemerdekaan yang memiliki kemampuan hebat dalam berpidato adalah Soekarno, Soetomo dan satunya lagi perempuan yaitu Rohana Kudus.  Rohana Kudus perempuan muda yang berumur 23 tahun berpidato berapi-api di hadapan 3000 orang di Dinyah Putri Payakumbuh. Sepak terjang Rohana Kudus membuat Gubernur Jendral mengeluarkan perintah untuk menangkap Rohana Kudus dan di usir dari ranah Minang.

Rohana Kudus dipenjara di pulau jawa di usianya 23 tahun dan sedang menyusui bayinya yang masih balita. Kondisi dan penderitaan Rohana Kudus yang dipenjara sampai menggugah bung Karno untuk membuat karikatur untuk Rohana Kudus.


                                                     Sumber: PPT Kahirul Jasmi

 

Perempuan Minang selanjutnya yang dibahas adalah Rahmah El Yunisiyyah. Hasil karya perempuan Minang yang satu ini masih tetap berlanjut dan dinikmati oleh dunia pendidikan Indonesia sampai sekarang. Rahmah El Yunisiyyah adalah pendiri pendidikan Dinyyah Putri Padang Panjang. Sitem pendidikan yang diterapkan Rahmah El Yunisiyyah di Dinyyah Putri ditiru oleh Universitas Al Azhar Kairo untuk mendirikan lembaga pendidikan  khusus untuk perempuan. Rahmah El Yunisiyyah tokoh perempuan pendobrak belenggu adat pendiri lembaga pendidikan terbaik.

Sistem pendidikan yang disusun oleh Rahmah El Yunisiyyah tidak tertirukan sampai sekarang. Rahmah El Yunisiyyah melarang semua anak didiknya memakai baju tembus pandang. Rahmah merupakan duta pertama pemakain jilbab atau lilik pertama di Indonesia. Penerapan disiplin yang tinggi di lembaga pendidikan dengan sistem  asrama yang banyak ditiru kemudian hari.

Sistem pendidikan yang cukup unik di pendidikan di Dinyyah Putri adalah Rahmah El Yunisiyyah menerapkan muridnya untuk tidur siang. Menurut Rahmah El Yunisiyyah tidur siang dalam sistem pendidikan sangat baik, membuat murid-murid menjadi sehata dalam lebih produktif. Selesai shalat zuhur berjamaah dan makan siang, murid-murid akan tidur siang. Malam sebelum tidur murid-murid harus memastikan baju dan selendang telah tergantung dengan rapi.

Rahmah juga mendirikan dapur umum di sekolahnya. Dapur umum ini berfungsi untuk merawat dan memberi makan para pejuang dari kekejaman pendudukan Jepang. Semua pejuang yang terluka akan dirawat di Diniyah Putri an diberi makan. Semua dana yang dibutuhkan untuk kepentingan dapur umum menggunakan dana pribadi Rahmah El Yunisiyyah.  Rahmah merupakan perempuan pertama yang mengibarkan bendera merah putih di Minangkabau, bendera yang disulam dan dijahit oleh murid-muridnya di Dinyyah Putri.

Peserta seminar semakin tidak beranjak dan tidak memalingkan muka sedikitpun saat Khairul Jasmi memaparkan perempuan pejuang lainnya dari Minangkabau.  Rasima, Tinur dan Gaffar Ismail.   Sebuah nama yang sedikit diketahui selama ini. Tinur Ismail perempuan yang alumnus Dinyyah Putri  Padang Panjang 1945. Tinur diusir dari tanah kelahirannya Minangkabau dan dibuang ke Pekalongan  saat perempuan muda itu berusia 21 tahun.  Tinur merupakan perempuan Indonesia yang menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia di radio Jogja dalam bahasa Arab. Siaran radio Jogja tentantang proklamasi kemerdekaan dalam bahasa Arab yang diberitakan oleh Tinur membuka mata bangsa-bangsa Arab terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pemberitaan ini pulalah yang mendorong negara-negara Arab menjadi Negara pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.

Dari catatan seminar di atas memberikan gambaran yang cukup terang bahwa sangat banyak perempuan-perempuan di Indonesia yang bergelut dalam pergulatan perjuangan kemerdekaan Indonesia.  Tentu hal ini akan membuka wawasan dan pengetahuan kita bangsa Indonesia, terutama bagi kalangan pendidik, guru-guru mata pelajaran sejarah. Sehingga guru-guru sejarah tidak lagi “membunuh pahlawan-pahlawan perempuan berulang kali”  dengan hanya mengupas dan bahkan memitoskan salah satu tokoh dan pejuang perempuan saja.

 

Demikian  tentang seminar yang diadakan oleh MGMP sejarah/AGSI Propvinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Dept. Sejarah UNP. Semoga ulasan ini bermanfaat.

 

Ulusan Oleh: Mursal Y. S.Pd   Guru SMAN 1 Ampek Angkek

                      Moderator Pada seminar 22 juli 2023

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMBERONTAKKAN DI/TII SM. KARTO SUWIRJO

 

PEMBERONTAKKAN DI/TII

SUKARMADJI MARIDJAN KARTOSUWIRJO

NII: SEBUAH MATA RANTAI YANG TERPISAH

 

OLEH:MURSAL Y

GURU SMAN 1 AMPEK ANGKEK

AGAM-SUMATERA BARAT






Informasi dan pemeritaan beberapa minggu terkhir  menghiasi layar media baik media konfensional Koran dan televisi maupun media sesial akir-akir ini. Di awali dengan viralnya video shallat idul fitri /2023  di salah satu pondok pesantren. Video ini menjadi viral karena adanya sesuatu yang tidak biasanya. Saf shallat yang berjarak dan adanya jemaah perempuan di tengah-tengah jemaah laki-laki.

Video viral yang memicu demo besar-besran  semula dengan isyu penistaan agama kemudian berkembang ke berbagai hal, salah satunya adanya isyu tentang afiliasi dan keterkaitan dengan gerakan Negara Islam Indonesia atau yang lebih dikenal dengan NII KW 9.  Kalau kita perhatikan isyu tentang gerakan NII ini sering muncul dalam perbincangan bangsa Indonesia beberapa tahun terakir. Tentu ini sebuah pertanyaan ada apa dengan NII dan mengapa isyu tentang NII sering menghiasi panggung politik bangsa Indonesia.

Tulisan ini tidak secara spesisik membahas tentang isu di atas. Tulisan ini akan membahas tentang sejarah pergoalakkan politik di awal kemerdekaan yang menyebabkan terjadinya peristiwa pemberontakkan DI/TII di bawah pimpinan Sukarmadji Maridjan Karto Suwirjo yang mendirikan Negara Islam Indonesia. Meski demikian akan bisa juga melihat benang merah dengan peristiwa dan isyu-isyu NII dewasa ini.

 

Gerakan DI/TII yang bertujuan  mendirikan Negara Isalam Indonesia merupakan pemberontakkan pertama dalam sejarah kemerdekaan Indonesia yang dilator belakangi oleh permasalahan politik. Peristiwa DI/TII disebabkan oleh  maslah penerimaan terhadap hasil perjanjian Renville. Penanda tanganan perjanjian renville membawa sejumlah konsekuensi bagi bangsa Indonesia. Konsekuensi ini disebabkan oleh isi perjanjian tersebut, yaitu:

  • Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.
  • Republik Indonesia merupakan negara bagian RIS.
  • Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk.
  • Wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda hanya Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera.
  • Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut Garis Van Mook.
  • TNI harus ditarik mundur dari Jawa Barat dan Jawa Timur atau wilayah-wilayah kekuasaan Belanda.
  • Akan dibentuk UNI Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
  • Akan diadakan plebisit atau referendum (pemungutan suara) untuk menentukan nasib wilayah dalam RIS.
  • Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante RIS.

Tidak semua tokoh dan pejuang kemerdekaan menerima isi perjanjian Renville. Salah seorang tokoh yang tidak mau menerima perjanjian Renville adalah Sumakarmadji Maridjan Karto Suwirjo. Karto Suwirjo  seorang tokoh peregerakan nasional yang cukup disegani selama pendudukan Jepang dia mendirikan Masyumi.  Pada perang kemerdekaan Karto Suwirjo memimpin pasukan yang cukup kuat di Jawa Barat dalam melawan Belanda.

Karto Suwirjo tidak menerima isi perjanjian Rencille dan dia menolak untuk tunduk dengan keputusan pemerintah pusat. Menurut Karto Suwirjo, Soekarno, dalam hal ini pemerintah pusat telah mengkhianati perjuangan bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita proklamasi 17 agustus 1945. Karena dalam perjanjian Renville pemerintah Indonesia harus menerima konsekuensi berubah dari Negara yang berbentuk kesatuan menjadi Negara serikat atau RIS.  Menerima keinginan Belanda untuk membentuk Negara RIS menurut Karto Suwirjo memberikan kesempatan dan jalan bagi Belanda untuk ikut campur dalam urusan bangsa Indonesia. Kedaulatan bangsa Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 menjadi hilang karena ikut campur tangan Belanda dalam RIS. Selain itu pengakuan wilayah Indonesia secara devacto atas Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera. alasan lain menyebut pemerintah pusat mengkhianati perjuangan karena daerah di luar yang diakui oleh perjanjian Renville menjadi jatuh ke tangan Belanda.

Karto Suwirjo akhirnya memproklamirkan beridirinya Negara Islam Indonesia di Jawa Barat dengan menjadikan pasukannya sebagai basis perlawanan yang disebutnya dengan Darul Islam (DI), Tentara Islam Indonesis (TII) pada 17 Agustus 1949.  Pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikan pemberontakan DI/TII karto Suwirjo dengan cara damai dengan membentuk sebuah komite yang dipimpin oleh M. Natsir. Komite ini gagal untuk membujuk dan menarik kembali Karto Suwirjo ke pangkuan ibu pertiwi.  Gagalnya usaha damai yang dilakukan oleh M. Natisr menyebabkan terjadinya perang saudara antara pemerintah republik dengan DI/TII Karto Suwirjo.

Pemberontakan DI/TII merupakan pukulan berat bagi TNI.  TNI harus ditarik mundur dari Jawa Barat dan Jawa Timur atau wilayah-wilayah kekuasaan Belanda ke wilayah kekuasaan Indonesia Jogja harus menghadapi perlawanan pasukan Karto Suwirjo. TNI menghadapi dua musuh sekaligus, pasukan belanda dan pasukan DI/TII Karto suwirjo.

Pemerintah mengerahkan pasukan untuk menumpas DI/TII.  Penumpasan DI/TII pemerintah melaksanakan operasi Baratayudha atau dikenal juga dengan operasi pagar betis. Operasi Baratayudha penumpasan ini membuat pasukan Karto Suwirjo terdesak. Pasukan Karto Suwirjo yang semakin terdesak akhirnya melakukan kekerasan, perampokkan dan pencurian terhadap hewan ternak dan hasil pertanian rakyat. Akibatnya rakyat menjadi marah dan membantu untuk menumpas DI/TII.   

Pemberontakkan DI/TII akhirnya bisa ditumpas dan Karto Suwirjo  dihukum mati. Berakhirnya pemberontakkan DI/TII dan dihukum matinya Karto Suwirjo bukan berate permasalahan DI/TII dan Negara Islam Indonesia telah selesai. Yang bisa dipadamkan adalah pemberontakkan Karto Suwirjo, namun ide Negara Islam Indonesia ternyata belum padam. Setelah DI/TII karto Suwirjo kemudian muncul kembali DI/TII di Sulawesi dan Kalimantan

TES DIAGNOSTIK

 

TES DIAGNOSTIK

Oleh: Mursal Y

Guru SMAN 1 Ampek Angkek

Keb. Agam- Sumatera Barat

 

Implementasi Kurikulum merdeka memperkenalkan kepada guru dan sekolah untuk melaksanakan tes diagnostik, atau lebih tepatnya dalam penerapan kurikulum merdeka guru dan sekolah diharuskan untuk melakukan tes diagnostik.  Sebenarnya tes diagnostik bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Tes diagnostik merupakan satu elemen yang harus dikerjakan guru sebelum melakukan pembelajaran. Mungkin saja karena selama ini tidak ada penekanan untuk dilaksanakan membuat kata tes diagnostik seakan hal baru yang harus kita kerjakan saat mengimplementasikan kurikulum merdeka.

 

Kalau demikian apa itu yang dimaksud dengan tes diagnostik.

 


Tes diagnostik adalah tes yang digunakan oleh guru  secara tepat untuk mengetahui permasalahan, kelebihan dan kelemahan yang dihadapi oleh peserta didiknya dalam belajar pada topik atau pokok bahasan tertentu. Hasil analisis tes diagnostik digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya.

Tes diagnostik yang dilakukan oleh guru ada dalam dua bentuk tes diagnostik yaitu tes diagnostik kognitif dan tes diakonostik non-kognitif.  Berikut akan diuraikan kedua tes diaknotik tersebut serta pelaksanaannya.

 

1.    Tes Diagnostik Kognitif

 

Tes diagnostik kognitif adalah yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik guna mengikuti pembelajaran pada topik atau pokok bahasan tertentu. Tes diagnostik dilakukan oleh guru setiap sebelum memulai topik atau pokok bahasan pembelajaran tertentu yang membutuhkan kemampuan  dasar bagi peserta didik untuk mengikutinya. Misalnya pada topik metodologi penelitian sejarah. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik tentang pengertian sejarah.  Topik  memahami konsep wilayah dan perencanaan tata ruang , kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik adalah pengetahuan dasar geografi.   

Perlu dipahami oleh guru bahwa  tes diagnostik  bukan untuk mengukur penguasaan kompetensi peserta didik atau bukan untuk mengejar target kurikulum, melainkan tes diagnostik gunanya adalah untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan peserta didik. Berikut tujuan dilakukan tes diagnostic kogtif.

·         Mengidentifikasi kompetensi yang dimiliki peserta didik

·         Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan rata-rata kompetensi yang dimiliki peserta didik

·         Merancang program remedial untuk peserta didik dengan kompetensi di bawah rata-rata dan pengayaan untuk peserta didik yang memiliki kompetensi di atas rata-rata

 

Langkah-Langkah Pelaksanaan Tes Diagnostik Kognitif

a.    Persiapan

Untuk melakukan tes diagnostik kognitif langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah mempersiapkan kisi-kisi sederhana yang berisikan hal-hal yang akan diketahui dalam tes diagnostik. Bentuk kisi-kisi ini dapat dikembangkan oleh masing-masing guru sesuai dengan kompetensi dan kekhasan satuan pendidikan dan lingkungan. Yang perlu dicatat orientasi penyusunan kisi-kisi adalah beriorientasi kepada keterpakaian oleh peserta didik, bukan beriorientasi kepada penguasaan kompetensi. Berikut contoh blangko  kisi-kisi tes diagnostik kognitif.

 

KISI-KISI TES DIAGNOSTIK KOGNITIF

SATUAN PENDIDIKAN           : …………………

MATA PELAJARAN                 : ……………….

TOPIK/POKOK BAHASAN     : ……………….

KELAS DAN FASE                  : ……………..

TAHUN PELAJARAN              : ………………..

GURU MATA PELAJARAN    : ……………………

NO

Topik/ Pokok Bahasan Yang akan dipelajari

Materi Pokok

INDIKATOR SOAL

BENTUK SOAL

NO. SOAL

 

Kompetensi Dasar Yang Harus dimiliki siswa

1

2

3

5

6

7

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                      ………….., …………….2023

Mengetahui                                                                               Guru Mata pelajaran

Kepala Sekolah

 

______________                                                                      _______________

 

 

 

b.    Pelaksanaan

Tes diagnostik kognitif dilaksanakan setiap sebelum melakukan pembelajaran untuk topik atau pokok bahasan baru yang membutuhkan kompetensi dasar peserta didik untuk mengikutinya.

 

c.    Analisa dan Tindak Lanjut

 

Hasil tes diagnostik kognitif dianalisa oleh guru dengan cara mengelompokkan peserta didik kepada tiga kelompok:

Kelompok pertama yang memiliki kompetensi dasar di bawah rata-rata.  Peserta didik dalam kelompok ini diberikan remedial

Kelompok kedua peserta didik sudah memiliki kompetensi rata-rata. Kelompok ini tidak memiliki masalah untuk mengikuti topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari

Kelompok ketiga peserta didik yang memiliki kompetensi di atas rata-rata. Kelompok ini diberikan pengayaan dan dapat dipakai sebagai tutor teman sebaya bagi teman-temannya

 

2.    Tes Diagnostik Non-Kognitif

 

Tes diagnostik non-kognitif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kondisi psikologis, emosional, sosial, ekonomi dan kondisi keluarga peserta didik. Melalui tes diagnostik non-kognitif guru bisa menggali dan mengetahui aktivitas peserta didik di luar sekolah, pergaulan, kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dan mempengaruhi cara belajar dan hasil belajar mereka.

Tes diagnostik non-kognitif juga bertujuan untuk mengetahui bakat, minat dan cara belajar peserta didik. Untuk mengetahui bakat, minat dan gaya belajar peserta didik satuan pendidikan bisa bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang memiliki keahlian khusus untuk ini, misalnya lembaga-lembaga yang secara profesional menyediakan jasa untuk melakukan tes psikologi. Hasil tes yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan lembaga tes psikologi dianalisa dan direkap oleh bagian kesiswaan dengan memberdayakan guru BK.  Hasil rekap terutama gaya belajar peserta didik yang telah diolah oleh bidang kesiswaan dan guru BK di inforasikan dan didistribusikan ke guru untuk menjadi pedoman.  Gaya belajar peserta didik sangat dibutuhkan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berdeferensiasi.

 

Pertanyaannya apakah tes diagnostik non-kognitif cukup dilakukan oleh lembaga tes profesional atau juga harus dilakukan oleh setiap guru ?

 

Tes diagnostik non-kognitif yang membutuhkan keahlian khusus seperti untuk mengetahui bakat, minat dan gaya belajar dilaksanakan bekerjasama dengan lembaga profesional. Sementara untuk mengetahui hal lain  menyangkut kondisi psikolis, emosional, pergaulan, kondisi sosial ekonomi, kesehatan bisa dilakukan oleh setiap guru.  Untuk mengetahui kondisi ini dibutuhkan cara dan gaya dan keterampilan guru dalam bertanya. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa dapat memberikan informasi secara detail, terutama yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya, seperti kondisi keluarga dan hubungannya dengan orang tua maupun teman.  Dalam hal-hal tertentu guru dapat bekerjasama dengan guru BK untuk mendapatkan hal ini.

Tes diagnostik non-kognitif sangat dibtuhkan oleh guru guna mengetahui kondisi peserta didik yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Dengan melakukan tes diagnostik non-kognitif guru dapat menegathui kondisi ekonomi, kondisi keluarga, pergaulan, aktivitas dan latar belakang peserta didik.  Pengetahuan ini akan bermanfaat bagi guru dalam memberikan layanan tindakan dan perlakuan terhadap peserta didik.

Hasil tes diagnostik non-kognitif ini sebaiknya terekap dalam buku administrasi guru dan wali kelas tidak hanya menjadi catatan administrasi bagian kesiswaan dan guru BK.  Selain administrasi berupa buka absensi dan buku nilai, guru juga harus memiliki buku kondisi non-kognitif peserta didik.  Buku kondisi non-kognitif peserta didik bisa dirancang oleh guru atau bisa menggunakan contoh blangko berikut ini.

 

BUKU KONDISI PESERTA DIDIK

SATUAN PENDIDIKAN      : ………………..

KELAS DAN FASE             : ……………….

TAHUN PELAJARAN         : ………………..

 

NO

NAMA SISWA

L/P

GAYA BELAJAR

CATATAN KHUSUS

1

 

 

 

 

2

 

 

 

 

3

 

 

 

 

.

 

 

 

 

.

 

 

 

 

.

 

 

 

 

 

Guru Mata Pelajaran

 

 

_______________

 

Terimakasih:

Semoga bermanfaat

.

 


PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA KE NUSANTARA

                                         PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA KE NUSANTARA   Oleh: Mursal Y    ...